Rumah Adat Aceh

Rumah Adat Aceh

Rumah Adat Aceh – Indonesia memiliki 34 provinsi yang tersebar di wilayah seluas kurang lebih 1,9 juta km² . Salah satu dari provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam atau yang sering disebut Aceh oleh masyarakat sekitar.

Provinsi Aceh masuk dalam wilayah paling barat Indonesia. Provinsi ini mencapai luas sebesar 58.377 km² lhoo! Aceh juga merupakan perbatasan antara daratan Indonesia dengan daratan India.

Siapa yang tidak tau provinsi yang satu ini? Ibu kota provinsi Aceh berada di kota Banda Aceh. Aceh sejak dulu dijuluki sebagai Serambi Mekkah (Seuramo Mekkah). Aceh mendapat julukan tersebut salah satunya karena Islam pertama kali masuk ke Asia Tenggara melalui Aceh. Aceh identik dengan agamanya yang kuat, sehingga Islam dan Aceh tidak dapat dipisahkan.

Sama seperti daerah lainnya, Aceh juga memiliki keanekaragaman budaya khas yang berbeda dengan lainnya. Seperti lagu daerah, bahasa daerah, rumah adat, pakaian adat, dan sebagainya.

Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari salah satu ciri khas dari Aceh yaitu rumah adatnya. Rumah adat Aceh dinamakan dengan Rumoh Aceh. Rumoh Aceh melambangkan 2 budaya yang ada di Aceh, yaitu budaya islam dan dipadukan dengan melayu.

Saat ini, Rumoh Aceh sudah sulit ditemukan karena mayoritas masyarakat disana lebih memilih rumah beton. Namun kalian dapat menjumpainya ketika berkunjung di Museum Aceh yang berada di kota Banda Aceh. Yuk kita belajar bersama Pintarnesia tentang rumah adat yang satu ini!

Baca Juga: Rumah Adat Sumatera Barat.

Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh

Sama dengan rumah adat lainnya, rumah adat Aceh pun memiliki keunikan sendiri. Baik dari segi struktur bangunan maupun hal menarik lainnya.

Rumoh Aceh berbentuk seperti rumah panggung yang memiliki tiang penyangga dengan panjang rata – rata 2,5 sampai 3 meter. Rumah ini berbentuk persegi yang membentang dari arah timur menuju ke barat.

Konon, warga Aceh memilih rumah yang menuju ke arah barat agar mempermudah menentukan kiblat saat sholat, karena di Indonesia posisi kiblat mayoritas ke arah barat.

Rumah adat Aceh juga dirancang untuk tahan gempa dan banjir. Rumah ini biasanya terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari daun rumbia. Rumoh Aceh biasanya terdiri dari 3 – 5 ruangan di dalamnya.

Rumah yang terdiri dari 3 ruangan saja membutuhkan 16 tiang yang menopangnya. Sedangkan rumah dengan 5 ruangan membutuhkan 24 tiang. Dan untuk ruang utamanya disebut dengan rambat.

Pintu rumah ini berukuran 125 – 150 cm yang tentu lebih rendah dari tinggi orang dewasa. Sehingga orang yang memasukinya harus menunduk terlebih dahulu. Meski pintu yang didesain kecil, tidak berarti ruangan yang di dalamnya juga sempit. Setelah kalian masuk ke dalam, rumah tersebut terlihat luas.

Jika biasanya ruang tamu banyak terdapat sofa, lain lagi dengan rumah adat yang satu ini. Tidak terdapat sofa dalam ruang tamu. Para tamu akan duduk lesehan dengan beralaskan karpet yang sudah disediakan oleh si pemilik rumah.

Baca Juga: Rumah Adat Jawa Tengah.

Bagian – Bagian Rumah Adat Aceh

Seperti rumah pada umunya, tentulah rumah adat Aceh memiliki bagian – bagian ruangan dengan nama dan fungsinya masing – masing. Dibawah ini kita akan mempelajari mengenai komponen atau bagian dari Rumoh Aceh.

Berikut adalah denah rumah adat Aceh.

bagian - bagian rumah adat aceh

1. Rumoh-Inong

Rumoh-inong dapat diartikan dengan rumah bagian induk atau inti. Bagian ini terletak antara serambi depan dan belakang. Posisi rumoh-inong sengaja dibuat lebih tinggi dari bagian lainnya dan terbagi menjadi dua kamar. Antarkamar ini dipisahkan oleh gang yang menghubungkan antara serambi depan dan serambi belakang.

2. Seuramoe-ukeu

Seuramoe-ukeu dapat diartikan dengan serambi depan rumah. Tentu saja bagian ini terletak di rumah bagian depan. Bagian ini berfungsi untuk menerima tamu pria sekaligus sebagai tempat makan dan tidur tamu pria ketika sedang menginap.

3. Seuramoe-likoot

Berbeda dengan seuramoe-ukeu, seuramoe-likoot bersifat kebalikannya. Seuramoe-likoot dapat diartikan dengan serambi belakang rumah. Bagian ini terletak di bagian belakang rumah. Bagian ini berfungsi untuk menerima tamu wanita sekaligus tempat makan dan tidur tamu wanita ketika sedang menginap.

4. Seulasa

Seulasa dapat diartikan dengan teras rumah. Bagian ini berfungi sebagai tempat santai bagi masyarakat di Aceh. Seulasa terletak di depan rumah sekaligus menempel dengan serambi depan. Bagian inilah yang tidak pernah berubah dari zaman dahulu hingga saat ini.

5. Rumoh-dapu

Rumoh-dapu dapat diartikan dengan dapur. Letaknya pun berada di belakang rumah bersamaan dengan serambi belakang. Namun bagian ini terletak lebih rendah daripada serambi belakang. Bagian dapur berfungsi sebagai tempat memasak.

6. Kroong-padee

Kroong-pade dapat diartikan dengan lumbung padi. Karena mayoritas masyarakat Aceh adalah petani, maka tentu banyak rumah yang terdapat lumbung padi untuk menyimpan padi setelah panen. Bagian ini terpisah dengan bagian lainnya, namun tetap berada di pekarangan rumah.

7. Tamee

Tamee dapat diartikan dengan tiang. Tiang dalam pembuatan rumah adat Aceh tentu saja tidak dapat dipisahkan. Bagian ini terbuat dari kayu yang berdiameter 20 sampai 25 cm. Dan tingginya mencapai 150 sampai 170 meter.

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa rumah yang terdiri dari 3 ruangan saja membutuhkan 16 tiang yang menopangnya. Sedangkan rumah dengan 5 ruangan membutuhkan 24 tiang. Kegunaan dari tiang ini untuk mempermudah perpindahan rumah agar tidak perlu membongkarnya.

8. Keupaleh

Keupaleh dapat diartikan dengan gerbang. Tidak semua rumah adat Aceh memiliki gerbang. Biasanya hanya orang kalangan berada atau orang penting di masyarakat saja yang memilikinya. Bagian ini bisa menjadi penanda bahwa rumah itu adalah rumah tokoh masyarakat.  Keupaleh terbuat dari kayu yang diatasnya terdapat bilik.

Tahap – Tahap Membangun Rumah Adat Aceh

Dalam pembangunan rumah adat Aceh tentu tidak sembarangan dalam menentukan bahan dan pengukuran lainnya. Sehingga jika pembangunan dilakukan dengan benar, maka rumah yang dibangun dapat bertahan lama dan berkualitas.

Bagi masyarakat Aceh, membangun sebuah rumah itu sama saja dengan membangun kehidupan. Jadi harus ada berbagai persyaratan dan tahapan yang dilakukan. Maka dari itu, pembuatannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Bagaimana tahapan membangunnya? Yuk simak penjelasan dibawah ini!

1. Musyawarah

Musyawarah merupakan tahap awal ketika hendak membangun rumah. Diawali dengan anggota keluarga yang bermusyawarah sehingga dapat menentukan keputusan bersama yang baik.

Setelah itu, hasil musyawarah tersebut disampaikan kepada Teuku atau Ulama yang ada disekitar daerahnya. Hal ini bermaksud agar mendapatkan saran tambahan yang lebih baik agar orang yang akan menempati dapat memiliki hidup yang  lebih nyaman dan tentram.

Musyawarah tersebut biasanya juga menentukan hari baik, pelaksanaan kenduri (pesta), pemilihan kayu yang bagus, dan sebagainya oleh Teuku tersebut.

2. Pengadaan Bahan

Setalah dilakukan musyawarah yang mencapai mufakat, maka hal selanjutnya yang dilakukan ialah mengadakan bahan – bahan yang diperlukan saat pembangunan. Bahan pembuatannya yaitu kayu, daun rumbia, trieng (bambu), dan lain sebagainya.

Pengadaan bahan ini dilakukan dengan cara gotong royong oleh warga setempat. Saat pemilihan kayu, biasanya warga memilih kayu yang tidak dililit oleh akar dan jika ditebang tidak mengganggu pohon lainnya.

3. Pengolahan Bahan

Setelah tahap pengadaan bahan selesai, tahap selanjutnya yaitu pengolahan bahan. Kayu yang sudah dikumpulkan di tempat yang teduh dan terhindar dari hujan. Apabila masa pembangunan masih lama, maka kayu – kayu tersebut disimpan dengan cara direndam dengan air. Hal ini berguna agar kayu tehindar dari serangan serangga.

Apabila kayu dibutuhkan dalam waktu dekat, maka akan segera dibuat berbagai macam kebutuhan seperti pintu, jendela, dan lain – lainnya.

4. Pendirian Rumah

Setelah semua tahapan selesai dilakukan, maka langkah yang terakhit yaitu pembangunan rumah. Tahapan ini dimulai ketika pembuatan landasan yang berfungsi untuk memancangkan kayu. Kayu yang pertama dipancangkan dinamakan dengan tiang utama atau tiang raja.

Setelah tiang utama diletakkan, maka selanjutnya yaitu tiang – tiang yang lainnya. Setelah semua tiang selesai dipasangkan, maka tahap selanjutnya yaitu membangun bagian tengah rumah. Yang dimaksud dengan bagian tengah rumah yaitu dinding dan lantai. Setelah itu, kemudian membuat bagian atas rumah yang biasanya menggunakan daun rumbai. Selain itu dapat diakhiri dengan membuat ornamen atau hiasan sesuai kemauan.

Nah, selesai sudah kita membahas tentang rumah adat Aceh. Rumah yang didesain untuk tahan gempa dan banjir ini juga memiliki keunikan tersendiri loh! Walaupun rumah adat sekarang jarang ditemukan, tapi kita dapat mempelajarinya agar wawasan tentang rumah adat daerah tetap ada sampai anak cucu kita nanti.

Rumah adat dari berbagai daerah lainnya juga pasti memiliki keunikan lainnya. Yuk kita pelajari bersama di Pintarnesia. Terimakasih sudah belajar bersama mengenai rumah adat Aceh kali ini. Bila terdapat kesalahan, mohon dimaafkan dan dimaklumi.

Tanya Jawab

Apa fungsi dari seuramoe-ukeu?

Berfungsi untuk menerima tamu pria sekaligus sebagai tempat makan dan tidur tamu pria ketika sedang menginap.

Sebutkan bahan – bahan yang digunakan untuk membangun rumah adat Aceh!

Bahan pembuatannya yaitu kayu, daun rumbia, trieng (bambu), dan lain sebagainya.

Apa arti dari seulasa dalam bahasa Indonesia?

Seulasa dapat diartikan sebagai teras rumah.

Apa itu rumah adat aceh?

Rumah adat adalah rumah tradisional yang berasal dari aceh, dengan khas daerah tersebut.


Posted

in

by

Tags: