Contoh Cerpen Persahabatan

Contoh Cerpen Persahabatan

Mungkin kalian sudah sering membaca contoh cerpen. Entah itu yang bercerita tentang persahabatan, percintaan, legenda, fabel ataupun yang lainnya. Tapi sebelum itu, apakah kalian masih ingat apa yang dimaksud dengan cerpen?

Materi tentang cerpen ini biasanya selalu diajarkan baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA. Dan jika ada yang masih belum tahu, sebelum membahas contoh cerpen persahabatan. Mari kita mulai dengan membahas pengertian cerpen beserta ciri-ciri dan unsurnya berikut ini.

Pengertian Cerpen

Pengertian Cerpen

Cerpen sendiri merupakan kependekan dari cerita pendek. Salah satu karya sastra berbentuk prosa yang berisi kisah-kisah fiktif. Dan seperti namanya, cerpen ini tidak akan terlalu panjang, biasanya terdiri kurang dari 10.000 kata.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa perbedaan cerpen dengan novel? Jika dilihat keduanya sama-sama mengisahkan cerita fiktif. Secara mendasar, perbedaan antara cerpen dan novel ada pada panjang ceritanya.

Seperti yang dikatakan diatas bahwa cerpen cenderung memiliki kisah yang pendek. Umumnya ia hanya menceritakan satu kejadian saja. Sedangkan novel akan memiliki cerita yang panjang dengan beberapa kejadian yang terjadi secara berurutan.

Ciri-Ciri Cerpen

Ciri-Ciri CerpenAgar lebih mudah untuk membedakan antara cerpen denggan karya sastra lainnya, mari lihat beberapa ciri berikut ini :

  • Cerita terdiri kurang dari 10.000 kata.
  • Berisi cerita fiktif (khayalan).
  • Dapat diselesaikan dalam sekali baca.
  • Hanya terdiri dari 1 alur saja.
  • Bercerita tentang kehidupan sehari-hari.
  • Karakter dengan penokohan yang sederhana.
  • Memiliki masalah beserta penyelesaiannya.
  • Memiliki sebuah amanat di dalam ceritanya.

Unsur Cerpen

Unsur Instrinsik Ekstrinsik CerpenSebuah cerpen memiliki 2 jenis unsur yang terkandung di dalamnya. Ada unsur intrinsik dan juga ekstrinsik, sebagai berikut :

1. Unsur Intrinsik

Adalah unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen dari dalam. Setidaknya ada 7 unsur instrinsik cerpen yang harus kalian ketahui, antara lain :

1. Tema

Gagasan umum yang menjadi dasar dari keseluruhan cerita dalam cerpen. Misalnya seperti persahabatan, percintaan, comedy dan lain sebagainya.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan orang/karakter yang terlibat di dalam cerita. Sedangkan penokohan adalah sifat, watak ataupun kepribadian dari seorang tokoh. Diantaranya ada protagonis sebagai karakter utama, Antagonis sebagai lawan dari Protagonis, serta Tritagonis yang menjadi penengah.

3. Plot

Merupakan alur cerita dari sebuah cerpen. Berisi tentang serangkaian tahapan dimulai dari perkenalan, munculnya masalah, klimaks, anti klimaks dan penyelesaian. Secara umum, pengarang bisa menggunakan alur maju maupun mundur untuk mengisahkan ceritanya.

4. Setting

Biasa juga disebut sebagai latar, mengacu pada tempat, waktu dan juga suasana ketika cerita berlangsung. Hal ini sangatlah penting agar pembaca bisa membayangkan kondisi di dalam cerita.

5. Sudut Pandang

Merupakan arah pandangan seorang pengarang ketika ia sedang menyampaikan cerita. Umumnya ada 3 jenis sudut panjang yang sering digunakan. Sudut pandang orang pertama (aku, saya), sudut pandang orang kedua (kamu) dan sudut pandang orang ketiga (dia, nama orang).

6. Gaya Bahasa

Adalah ciri khas penceritaan yang digunakan si penulis dalam menyampaikan tulisannya. Ditandai dengan penggunaan majas, diksi dsb.

7. Amanat

Merupakan nasihat atau pesan yang bisa kita ditemui di dalam cerita. Sehingga sebuah cerpen dapat meninggalkan pesan moral yang menjadi pelajaran bagi para pembaca.

2. Unsur Ekstrinsik

Adalah unsur yang mempengaruhi sebuah cerpen dari luar. Hal ini cenderung berkaitan dengan diri si pengarang dan lingkungannya. Berikut ini beberapa unsur ekstrinsik cerpen :

1. Latar Belakang Pengarang

Salah satu faktor utama yang menjadi pendorong bagi si pengarang untuk menulis cerpen tersebut. Hal ini juga termasuk dengan kondisi psikologis, keadaan ekonomi dan juga aliran sastranya.

2. Kondisi Masyarakat Sekitar

Kondisi yang ada di sekitar pengarang juga akan ikut mempengaruhi cerita yang ditulisnya. Hal ini bisa dari kondisi politik, sosial, budaya dan lain sebagainya.

3. Nilai Norma di Masyarakat

Ketika seorang pengarang hidup di dalam suatu kelompok masyarakat. Maka ia akan tumbuh dengan norma-norma disana. Hal tersebut bisa dijadikan sebagai inspirasi yang membangun cerita sebuah cerpen.

Contoh Cerpen Persahabatan

Setelah mengenal apa itu cerpen lewat penjelasan diatas, maka sekarang kita beralih ke pembahasan utama tentang contoh cerpen bertemakan persahabatan. Dimana tema seperti ini umumnya sangat populer di kalangan para remaja.

Cerita yang seringkali mengisahkan tentang pertemanan antara anak-anak muda dengan segala problematikanya yang mampu memberikan nspirasi. Jika kalian sudah penasaran, silahkan cek kumpulan contoh cerpennya di bawah ini.

1. Sore Hari di Pantai Kuta

Hai! Namaku Malika Nattaya. Orang asli Bali. Sekarang aku sedang di Pantai Kuta. Menikmati angin sore. Sore ini sangat cerah. Aku menulis sesuatu di pasir menggunakan kayu. ‘Malika dan Erin’ itu yang kutulis.
Erin adalah sahabatku. Nama lengkapnya adalah Erina Matthew. Sekarang dia sudah menemui sang kuasa. Aku teringat kejadian itu. Mataku mengalir.

“Malika!!!” Erin berteriak saat aku sedang menangis di pantai ini. Aku tidak menghiraukannya.
“Hey! Kenapa kau menangis?” Tanyanya.
“Baju ibu hanyut di laut” kataku. Aku takut dimarahi ibu.
“Akan aku ambilkan!” Erin melepas bajunya.
Dengan leging dan kaus ia berenang ke laut, padahal waktu itu sudah hampir malam. Aku terus menunggu dengan cemas. Sampai seorang nelayan datang menghampiriku.

“Adek ngapain malam-malam disini?” Tanyanya.
“Bapak akan melaut? Tolong carikan teman saya, dia dari sore belum kembali” aku dengan gelisah menjelaskan.
Bapak itu mengangguk. Aku disuruh menunggu di rumahnya.

Esok pagi bapak itu kembali dengan Erin.
Aku sangat senang. Tapi raut wajah bapak itu tidak senang.

“Maaf dek, teman adek sudah ditemukan mengambang di air. Dan dia sudah pergi” bapak itu berkata dengan wajah tertunduk.

Aku tak percaya akan hal ini. Sahabatku pergi karena aku!. Aku menyesali perbuatanku untuk tidak melarangnya. Aku menangis sejadi-jadinya saat itu.

Kini pantai ini adalah saksi bisu persahabatan kami, dan untuk pengorbanan Erin. Semoga kau tenang disana Erin!
SELAMAT JALAN ERIIN!!!

2. Persahabatan Hancur Karena Cinta

Salah satu hal yang bisa membuat seseorang lupa akan segalanya yaitu Cinta. Cinta membuat kita rela berkorban apapun yang kita miliki. Untuk wanita, menurutku lebih baik mencintai daripada dicintai. Jangan berharap seseorang yang belum tentu mencintai kita, tetapi terima orang yang mencintai kita apa adanya.

Karena mencintai tanpa dicintai seperti olahraga dengan jangka waktu lama tetapi tidak membuat kurus. Karena itu belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Itu sedikit basa-basi dariku.

Aku Amel, siswa kelas XI. Dulu aku selalu menolak dan mengabaikan orang-orang yang menyatakan cintanya kepadaku. Tetapi sekarang justru aku yang selalu diabadikan oleh orang yang aku cintai.

Aku suka dengan teman sekelasku, namanya Ferdin , dia merupakan sahabat dekatku sejak lama. Awal diriku suka dengannya berawal saat aku kenalan dengannya dan berteman cukup akrab dan lama-lama dekat, sehingga sekarang diriku jatuh cinta.

Oh iya, aku punya teman bernama Afni, dia temanku sejak SMP. Sedangkan Aku, Afni, dan Ferdin sudah berteman dekat sejak masuk SMA.

Suatu waktu aku melihat Afni dan Ferdin bercanda bersama dan mereka terlihat akrab seperti orang pacaran. Jujur, akupun cemburu melihatnya tetapi aku masih menyembunyikan kecemburuan itu didepan Afni.

Tetapi lama-lama rasa yang terpendam ini ingin dikeluarkan, akhirnya aku memutuskan untuk cerita ke Afni tentang perasaanku ke Ferdin.

“Af, aku mau ngomong sesuatu nih, tapi jangan ngomong ke siapa-siapa ya”

“Kamu mau ngomong apa mel?” tanya Afni.

“Jujur aku suka dengan Ferdin sejak lama, dan aku cemburu saat kamu dekat sama Ferdin!” Jawabku.

“Kamu suka sama Ferdin? Serius mel?” Tanya Afni.

“Iya, tapi kamu jangan bilang ke Ferdin ya” Ucapku.

“Iya, maaf sebelumnya kalau aku udah bikin kamu cemburu” Jawab Afni.

“Oke” Jawabku.

Semakin lama aku semakin dekat dengan Ferdin, tetapi aku perhatikan bahwa Ferdin tidak akan pernah jatuh cinta denganku. Walau seperti itu, aku tetap berjuang sepenuh hati. Dan ternyata Afni juga suka dengan Ferdin.

Aku mengetahui kalau Afni suka dengan Ferdin ketika aku membaca buku diary Afni. Disana tertulis curhatan Afni tentang perasaannya ke Ferdin.

Akupun merasa kecewa setelah membaca buku diary tersebut, karena sahabat baikku ternyata suka dengan cowok yang sama denganku. Tetapi aku berfikir, rasa suka itu berhak untuk siapapun.

Saat di taman sekolah, aku melihat Afni dan Ferdin sedang mengobrol. Mereka terlihat lebih serius daripada biasanya, akupun penasaran dan menguping percakapan mereka dibalik pohon.

“Afni, aku suka sama kamu, kamu mau ngga jadi pacarku?” Tanya Ferdin.

Afni kaget sekaligus bingung mendengar pertanyaan itu. Tetapi pada akhirnya Afni menerima tawaran itu dan mulai menjadi pacar Ferdin tanpa memikirkan perasaanku, sahabatnya sendiri.

“Iya aku mau” Jawab Afni.

Aku yang mendengarkan jawaban Afni langsung kaget dan keluar dari balik pohon, karena aku tak menyangka sahabatku akan tega melakukan hal itu.

“Af, kamu pacaran sama Ferdin? Selamat ya kamu udah bikin aku sakit hati”

Afni dan Ferdin kaget karena aku keluar dari balik pohon secara tiba-tiba dan langsung berkata seperti itu.

“Maafin aku mel, tapi aku jujur cinta banget sama Ferdin” Jawab Afni.

“Yaudahlah”, aku pergi meninggalkan Afni dan Ferdin.

Aku pergi dengan perasaan campur aduk tidak karuan dan masih berpikir mengapa sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu. Padahal afni tahu kalau diriku sudah lama mengejar Ferdin.

Maka persahabatanku dengan mereka berdua hancur karena cinta. Disini aku memberi amanat bahwa utamakanlah sahabatmu daripada pacarmu, karena orang yang selalu hadir disaat kamu senang dan susah itu sahabat.

3. Sahabat Sejati

Pagi itu di sekolah bersama 7 orang sahabatku yaitu Najla, Dian, zahawwa, Nadiya, Nisrina, Fevi dan Alfiyah sedang baris di lapangan upacara bendera 17 Agustus, Kami selalu bersama-sama kemanapun. Walaupun kami tidak satu kelas tapi kami selalu bermain bersama-sama.

Setelah libur panjang sekolah kami jarang komunikasi sehingga saat masuk sekolah kami seperti tidak peduli satu sama lain, aku juga bingung, Batinku mengucapkan “lah kok hari ini kayak gini yah?”
Aku ingin menyapa mereka tapi… Pada saat aku ingin menyapa Bell masuk berbunyi “Kriingggggg”.
Yahh udah Bell nanti aja deh

Setelah selesai PBM aktif aku ingin mengajak mereka bermain, “hai!!!” Ucapku kepada Nadiya
“Hai juga” Jawab Nadiya

Batinku berkata lagi “lah kok gak kayak biasanya sih, biasanya langsung main atau gak ke perpustakaan tapi kok dia kayak gak ingat gitu, kenapa yah?”

7 orang sahabatku menjadi bisu seperti tidak mengenal satu sama lain, aku pun sedih, hingga pulang sekolah aku masih terpikir sampai ke rumah kenapa yahhh tadi gak kayak biasanya yang selalu ceria, ketawa-ketawa, senyum-senyum. Aku pun menangis sambil menulis di buku diaryku air mataku menetes ke buku diary itu.

4. Indahnya Persahabatan

Aku Virda, aku beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, kami melewati suka duka bersama. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena masalah yang kuanggap sepele, semua itu baru kusadari bahwa sahabatku sangat penting bagiku.

Suatu hari aku pergi ke mall bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa belanjaanku, dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan perkataan yang kasar karena keegoisanku.

“Vir, tolong pegang belajaan ku ini ya, soalnya berat banget” Kataku.

“Iya sini aku bantu bawa belanjaannya, takut kamu keberatan” Katanya.

“Siap, kamu memang sahabatku yang paling pengertian” Jawabku.

“Haha iyalah sesama sahabat memang seharusnya saling membantu” Jawabnya sambil tersenyum. Sembari berpelukan.

“Kamu lapar ngga?” Tanyanya

“Lapar si, mulai keruyukan nih perut” Jawabku.

“Makan yuk! sekarang aku yang traktir, aku juga lapar” Sambil menatapku dengan lemas.

“Hmm ya sudah ayoo” Jawabku.

Lalu sampailah kami di warung seberang mall.

“Kamu mau pesan apa vir?” Tanyanya.

“Aku ngikut kamu deh” Jawabku.

“Hmm oke deh” Jawabnya.

Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang.

“Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” Tanyanya dengan muka yang heran.

“Hmm apa ya?” Aku membantu berpikir.

“Oh iya belanjaanku mana? Celetukku.

“Ya ampun.. oh iya aku lupa, ketinggalan di warung tempat kita makan tadi” Jawabnya dengan rasa bersalah

“Apa? Ketinggalan? Yang bener aja, kita kan udah jauh dari warung tempat kita makan tadi” Jawabku dengan kesal.

“Duh, maaf banget ya vir, aku benar-benar lupa” Jawabnya dengan berkeringat.

“Apa? minta maaf? kamu pikir dengan minta maaf bisa membuat barangku kembali dan masalah selesai? Enggak kan? Seenaknya aja kamu minta maaf” Jawabku dengan kesal, lalu tanpa basa basi aku pergi meninggalkannya.

Keesokan hari, dia datang membawa belanjaanku dan meminta maaf karena kejadian kemarin, tetapi aku tetap menghiraukan nya. Maka setelah beberapa lama lama, aku sadar bahwa hal yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, dan aku tersadar betapa egoisnya diriku. Akupun meminta maaf.

5. My Diary

Hari ini pikiranku jenuh. Terbayang bayang perkataan Morie tadi pagi.
“ahhahahaha… Tas apaan tuh? Jelek!”
“hiks.. Hiks!” aku memilih diam supaya tidak diganggu.

Ugh…! Aku sungguh kesaaaal..! Kucurahkan isi hatiku ke sebuah diary yang merupakan satu-satunya teman.

Dear diary…
Morie menginjak nginjak tasku! Aku dendam padanya…! Pokoknya! Aku kesal! Kesal!

Sashalia putri
I love my diary

Keesokan harinya…
“hai!!! Selamat pagi…” sapaku pada seluruh penghuni kelas. Hening.. Tak ada jawaban. Apa mereka dihasut morie dan genknya?. Ugh… Kesalnya!

Pulang sekolah segera kucurahkan isi hatiku pada Diary.

Dear Diary…
Aku sunggyh kesal pada Morie. Dia menghasut teman teman kelasku untuk menjauhiku.

Sashalia putri
I love you diary

Suatu ketika…

“ahahaha! Lihat sepatumu dulu sebelum sekolah! Jelek Sekali!” ucap Sisil, teman genk Morie.
Aku mendiami mereka yang membenciku.
“hei! Stoop! Jangan mengatainya!” ucap seseorang. Siapa itu?. Oh… Ternyata itu Feryana. Dia dari kelas V A sementara aku kelas V B.
“apa apaan kamu?” bentak Morie. Terjadi adu mulut antara Feryana dan Morie. Aku memilih diam.

“t.. Terimakasih Feryana… Kau sungguh baik!” ucapku. Mulai sekarang aku punya 2 sahabat My Diary dan Feryana.

Dear diary..
Aku sekarang punya 2 sahabat yaitu kamu dan Feryana. Aku menyayangi kalian semua!

I miss you friend

6. Sahabat dan Cinta

Aku memiliki sahabat mereka riza, muna, dan dewi. Pada suatu hari kami didalam kelas setelah bel jam pergantian pelajaran berbunyi kami ngobrol sementara, dewi dan muna selalu ngomongin cowok sampai-sampai riza jengkel dengan mereka taulah sifat riza ia tak suka mikirin pacaran apa lagi cowok, diantara kami berempat yang masih lajang aku dan riza, dan muna, dewi sudah punya pacar dan sudah beberapa kali ia putus jadian dengan cowok yang berbeda.

“mun tau gak cowok gue itu ganteng banget” kata dewi
“kalau gue biar pu n kurang ganteng tapi kaya lho”sahut muna
“hello jadi kita gak dianggap nih?”tanya riza
aku hanya diam saja

“emang kenapa sih riz?, coment aja, bilang aja elo sirik”kata muna
“oh ya?, dew!, pacar elo itu yang keberapa?”rindir riza
“apa elo bilang?”kata dewi

tiba-tiba guru masuk
“selamat siang!”kata guru
kami pun bubar dan menun da percakapan kami.

Setelah kejadian itu hubunga kami semakin buyar, biasanya kami menyantap makan siang bersama kini hanya kita aku dan riza, sedangkan muna dan dewi makan siang dengan cowok mereka

“riz kelihatanya jarak kita semakin jauh”kataku
“biarkan saja mereka, ir makasih ya elo masih mau denganku!”katanya sambil matanya berkaca
Aku pun memeluknya

Hingga pada suatu hari muna diduakan oleh cowoknya, dan dia minta tolong kami
“plizz, bantu gue ya!”kata muna
riza diamsaja dan meninggalkan kami begitu saja
“riz!,”kata muna

Akupun menjelaskan alasan kenapa riza tidak menjawabnya
“mun asal elo tau kenapa riza tidak menjawab permintaan elo, elo pikir ya!, elo telah menyakiti gue dan riza, gue masih bisa memaafkan elo tapi riza?, gue saranin elo harus minta maaf dengan riza, pikirkan itu!”kataku

Aku pun meninggalkanya, dan air mata muna yang semakin deras keluar.

Setelah itu muna mencoba untuk minta maaf kepada riza,
“riz!, maafin ya?”kata muna
“elo minta maaf?, apa tujuan elo?”kata riza
aku berusaha untuk membujuk riza agar ia mau untuk maafin muna,
“riz maafin ya?, gue yakin muna minta maaf hanya untuk kembalinya persahabatan kita yang dulu”kataku
“bener begitu mun?”tanya riza muna pun mengangguk mantap dengan mata berkaca, merereka berpelukan aku pun ikut terharu dengan kejadian itu.

Setelah kejadian itu kami semakin dekat, pada suatu hari teman sekelas kami yaitu ifa ia mengirim pesan singkat yang berisi tentang dewi sahabat kami, membutuhkan do’a dari kami semua untuk kesembuhanya dari penyakitnya yaitu kelainan saraf otak, kami pun kaget, keesokan harinya kelas kami ramai dengan suara tangisan,

“riz maafin gue!, gue salah telah mengingkari janji kita untuk menjadi sahabat slamanya”kata dewi
“iya wi!, gue maafin”kata riza
“nah ginilah yang gue mau”kataku

kamipun berpegang tangan dan saling bersumpah untuk menjadi sahabat selamanya
“Kami berjanji untuk menjadi sahabat untuk selama-lamanya”kata kami bersamaan, tiba-tiba tawa kami meledak bersamaan.

7. Sahabat yang Tak Terlupakan

Hari yang cerah saat tersenyum bersamanya. Dia yang selalu ada bersamaku, menemaniku di saat saat yang paling penting dalam hidupku.
Aku mengambil ponsel di saku bajuku
“Jel ayo pulang udah sore!! Kan besok sekolah”.
“Iya tunggu din!”

Beberapa saat kemudian
“kamu kemana aja sih jel? Aku nunggu di sini udah lama lohh”.
“iya maaf maaf tadi kan aku pergi ke perpustakaan”.
“Ahh kamu kebiasaan dehh kalo ke perpustakaan ga bilang bilang dulu. Yaudah yuk pulang besok kan sekolah”
“Iya”.
Aku pun pergi menunggu angkutan umum dan kembali pulang ke rumah masing masing.

Keesokan harinya
“Asalamualaikum… dinaaaa…”
“iya, waalaikum salam jelita tunggu sebentar ya pake sepatu dulu.
“Iya”.
Aku pun pergi seperti biasa ke sekolah, belajar seperti biasa. Dan kembali pulang ke rumah seperti biasanya.

Hari weekend tiba aku pergi bermain bersama jelita ke bioskop.
Saat perjalan Pulang…
“Jelitaaaa?”
“Iya apa din?”
“Kamu gak lupakan minggu depan hari apa?”
“emang minggu depan hari apa??”
“Ihhhhh… Masa kamu gak inget sih, minggu depan itu hari ultah aku!!!”
“oh iyaaa aku lupaaa.. CIE yang mau ultah ummm… Bahagia pasti karna mau dapet kado. Iyaaaaa kaan…?”
“hehehe.. Kamu tau aja Jangan lupa ya kadonya aku tunggu minggu depan”.
“Iya.. Iya.. Kalo aku gak lupa Hehehee…”
“ahhh kamu mah gitu..”
“iya.. iya.. dehh. Jangan marah dong”.
“hahaha… makasih ya jel kamu tuh emang sahabat aku yang paling baik”.

Beberapa hari kemudian H-3 hari jumat, Tiga hari sebelum ultah dina. Seperti biasa jelita datang ke rumah untuk pergi sekolah bareng.
“assalamualakum… Dianaaaa!”
“Waalaikum salam..”
“eh jelita. Jel titip Surat ya ke walikelas nya dina, Dina gak akan sekolah sakit”.
“Oh gitu ya tan. Yaudah deh jelita pergi sekolah dulu yaa. Assalamualaikum”
“Waalaikum saalam”.

Keesokan harinya aku masih tak bisa sekolah karena sakit. Sampai akhirnya waktu yang ditunggu tunggu tiba Nanti kan jam 12 malem hari ultahku, aku gak akan tidur sebelum jam 12 malem”.

Tinggg.. Tingggg… Tinggggg
Suara dentingan jam yang terus melaju sampai Saatnya 5 menit sebelum jam 12
“Aku udah gak sabar nihhh”

Ting ting ting… suara alarm yang berbunyi Dan menunjukan tepat pukul 12 malem.
Tiba tiba…
“Happy birthday… Happy birthday…”
“Happy birthday to you”. Kejutan ulangan tahun Dari mama Dan teman teman semua, aku sangat senang Dan bahagia.
“Makasih ya mah udah buat ini semua”.
“Mah jelita mana ya mah Kok aku belum liat sih?”
“Mama juga ga tau”.

Tiba tiba Ada suara bel pintu berbunyi
“Eh jelita akhirnya kamu dateng juga. Kenapa telat? Aku udah Nuggu kamu tau Dari tadi”.
“ah massa aku kan cuma telat 5 menit aja Kok. Happy birth day ya semoga kamu selalu bahagia. Nih kado Dari aku but kamu, maaf aku gak bisa lama-lama disini, aku Ada perlu dah. aku Pulang dulu yah”.
“Kenapa Pulang? Ya udah deh Kalo kamu mau Pulang tapi besok ke rumah aku yah Jangan lupa!”
“iya, tapi pasti kamu yang bakal ke rumah aku”.
“Ya udah deh. dah… Hati-hati di Jalan yah”.

Keesokan harinya Saat aku menunggu jelita, aku menerima kabar bahwa jelita mengalami kecelakaan Saat akan pergi ke rumahku pada malam hari. Penyebabnya adalah karena Dia buru buru ingin pergi ke rumahku sehingga tidak melihat mobil yang Ada di depannya sehingga kecelakaan pun terjadi. Sekarang jelita sedang dirawat di rumah sakit. Itu lah yang dikatakan ibu jelita kepadaku.
“Apa jelita kecelakaan!!!. Tatapiii Dia kan semalem ke rumahku Dan ngasih kado katanya Dia Ada urusan sehingga tidak bisa merayakan ulang tahunku”.
Setelah itu aku langsung pergi ke rumah sakit dengan yang lain. menunggu jabar Dari dokter.

Waktu berlalu begitu cepat sehingga tidak terasa sudah sore.
Tiba-tiba dokter datang Dan mengatakan
“Maaf bu, kamu tidak bisa menyelamatkan putri ibu karna dia kehilangan banyak darah”.
Setelah mendengar itu kakiku terasa lemas, aku menangis sampai Saatnya aku melihat keadaannya.
Aku sangat dirundung duka yang amat mendalam karena sahabat yang aku sayangi Dia sudah pergi meninggalkanku ke tempat yang lebih baik. Aku mencoba untuk ikhlas.

Keesokan harinya Saat pemakaman selesai aku diberi kado olah ibu jelita.
“Din ini mungkin kado terakhir untuk kamu”.
Aku pun menangis haruu
“Terimakasih bu”.
“Iya sama-sama”.

Aku pun Pulang ke rumah, Dan Saat itu aku sadar bahwa kado yang diberikan oleh ibu jelita sama seperti yang jelita beri kepadaku. Tapi Saat aku melihat tempatku menyimpan kado Dari jelita ternyata kadonya hilang. Aku tersadar mungkin itu adalah kata kata terakhir yang ia ucapkan sebelum meninggalkanku.

SELAMAT JALAN SAHABATKU
KAU AKAN SELALU MENJADI SAHABAT YANG TAK TERLUPAKAN.

8. Sahabat Sekolah

Namaku Sinta Putri, aku sangat senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Aku mempunyai sahabat yang unik bernama Aulia, dan aku bingung dengannya.

Dikarenakan sahabatku orang yang sangat sensitif. Menurut dia, aku tidak boleh suka dengan kedua pelajaran tersebut. Padahal itu hakku.

Suatu waktu disaat pelajaran bahasa inggris, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka dengan pelajaran tersebut. Mungkin juga karena guru yang mengajarkan mempunyai cara penyampaian yang baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat pelajaran bahasa inggris.

Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba.

Saat itu aku langsung menghampiri Aulia untuk mengajaknya ke kantin.

“Aul, ke kantin yuk?” ajakku.

“Ngga, aku ngga mau lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya sembari buang muka.

Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula. Tetapi lama-kelamaan terjadi hal yang serupa. Sangat aneh.

Aulia bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal. Ceritanya begini, waktu Ujian Tengah Semester (UTS) dia kesusahan menjawab soal pelajaran Biologi, disaat itu dia melihat ke arahku. Aku dan Aulia tidak satu bangku, Aulia tepat di depan tempat aku duduk.

“Sin, kamu tahu ngga nomor 5 essay? minta jawabannya dong satu aja!” tanya Aulia sembari memohon.

“Udah si, ini kan bukan ulangan biasa!” jawabnku.

“Yah kamu..” sembari jengkel.

Aku cuek saja akan hal itu dan berharap bahwa dia akan intropeksi diri. Coba bayangkan, dia sudah membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban UTS.

Beberapa hari kemudian hasil nilai UTS Biologi dibagikan dan diumumkan. Aku mendapat nilai 90 sedangkan Aulia mendapat nilai 75. Aku bisa melihat tatapan iri di sahabatku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan orang yang suka iri hati adalah hal yang susah.

9. Mendadak Miskin

Dylan seolah hanya terpaku pada majalah yang ia baca dan bawa ke sekolah. Dia tak memperhatikan teman-temannya yang ribut. Terganggu sih, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia kaum minoritas di kelasnya. Begitu juga dengan yang lain. Mungkin yang ribut hanya kelompoknya Nina.

Sebenarnya bila ada kesempatan, sungguh ia ingin melempar bibir salah satu temannya(sebenarnya orang yang tidak sengaja disatukan dalam kelas yang sama) yang bernama Nina dengan bangku kayu. Tapi ia tahu, segalanya dilindungi hukum.

Begitu juga dengan yang lain, malah saat doa malam salah satu temannya, Glory, berdoa agar karma selalu bersama Nina setiap saat. Kalau bisa, cepat-cepat almarhumah.

Nina anak brandal yang sok high class, ditaktor kelas, dan umm… sulit dikategorikan sebagai manusia karena tidak memiliki akal budi. Dia memang seorang yang kaya dan wajahnya cukup cantik. Tetapi karena kelakuannya membuat siapapun merasa berdosa bila menyebutnya cantik.

“Bisa kalian hening sebentar? Pak Heru sebentar lagi ke sini! Berisik sekali!” seru Belinda, ketua kelas.
Saking kesalnya, tak heran dia sering mengumpat Nina dalam hati. Dan, tak jarang Linda disindir dan dimaki Nina karena Nina sirik dengan Linda. Entahlah bagaimana jadinya bila Nina jadi ketua kelas.

Pak Heru tiba di kelas dengan setumpuk kertas latihan. Dylan segera memasukkan majalahnya ke dalam loker. Pak Heru memanggil Dylan untuk membagikan latihan matematika itu ke teman-temannya.
Setelah dibagikan, tentu saja dikerjakan. Dylan mengerjakannya dengan santai, tetapi dia mendengar desisan dan ternyata itu Nina. Biasalah, minta jawaban dengan berbisik-bisik. Tetapi Dylan pura-pura tidak mengerti dan melupakannya. Ia tetap fokus ke latihannya.

Akhirnya jam terakhir, matematika yang membosankan itu usai dan artinya saatnya pulang! Tumben sekali Dylan lemas. Dia merebah di kamarnya dan kakak perempuannya, Diana.

Dylan berbeda dengan Diana. Dylan lebih sembrono, tomboy, tapi lebih sabar. Tapi apapun itu, mereka sama-sama hobi tidur.

Sebuah sms masuk ke ponsel Dylan, ternyata dari Wendy, teman sekelasnya. “Entalah semua. Berita buruk bukan, gembira juga jahat sekali. Intinya, Nina kecelakaa! WOW! Kabarnya sih besok tidak masuk sekolah! :D” lalu Dylan membalas, “O.”

Esoknya, semua heboh menceritakan Nina. “Katanya sih Nina shock dengar ayahnya bangkrut trus mau bunuh diri. Eh, nggak taunya nggak jadi ko-it! Katanya tulang ekornya patah otomatis dia nggak di sini lagi dan pindah ke SLB kalau dia sudah membaik.” Jelas Danish, orang yang terpaksa menjadi teman se-gank Nina.

“Terus kalian mau nyumbang berapa nih untuk Nina?” tanya Bu Henny.
Semua saling menoleh, “Um… sebenarnya saya mau nabung, Bu.” kata Dylan. Dia tidak mau nyumbang, begitu dengan yang lain. Semua langsung mendadak miskin. “Yang penting ikhlas kan? Nah, kita nggak ada yang ikhlas….” tambah Danish.

“Astaga… kalau begitu kapan kalian jenguk?” tanya Bu Henny lagi.
“Yah, kita sibuk banyak ulangan. Mau belajar.” jawab Tere. Semua mendadak rajin belajar.

Segitu bencinya mereka dengan Nina. Nina juga merasa tersinggung karena tidak ada yang menyumbang. Mungkin yang menyumbang hanya kelas 7 dan 8. Seluruh kelas 9 tidak ada yang menyumbang.

Biayanya kurang dan menyebabkan penyembuhan Nina tidak optimal. Itu tidak menyebabkan kelas 9 kasihan ataupun menyesal. Malah kelas 9A sampai 9D tentram tanpa Si Buas, Nina. Nina akhirnya sekolah di SLB. Dia sudah berubah.

Dia sadar semua temannya membencinya sehingga tak ada satupun yang mau membantunya. Tapi, kenapa dia sadarnya setelah matanya tak dapat melihat lagi? Bukankah lebih mudah memahami saat bisa melihat? Pain makes people change.

10. Persahabatan Waktu SD

Namaku Adel, sekarang aku duduk di kelas 5 SD. Aku di kelas 5 SD A. Aku memiliki sahabat bernama Jingga, sekarang aku tidak sekelas lagi dengannya. Tetapi aku masih semangat sekolah.

Aku memiliki kakak bernama Azmi, dimana dia menjadi guru di sekolahku. Hari ini aku akan berangkat sekolah bersama dengan kakakku itu.

Ketika telah tiba di sekolah, aku bergegas ke kelas karena tidak sabar ingin pergi ke kelasnya Jingga. Aku tiba di kelas 5 SD B dimana itu kelasnya Jingga, dan dia sudah berada disana.

“Hai Jingga!” Aku menyapanya.

“Hai juga Del!” Jawab Jingga singkat.

Batinku berkata “Jingga terlihat tidak seperti biasanya, ada apa ya..”

Saat itu aku merasa sangat bosan karena Jingga dengan sengaja bersikap cuek kepadaku, akhirnya aku kembali ke kelas ku dan menuju ke lapangan.

Tuuut Tuuut Tuut.. bel berbunyi dan aku bergegas ke kelas dan belajar

Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah masuk waktu istirahat pertama. Sekarang saatnya sholat dzuhur seperti biasa, aku bersama Jingga tetapi dia tetap saja bersikap cuek sehingga aku lebih memilih menyendiri.

Setelah sholat dzuhur selesai, terdengar bel waktu pulang telah tiba. Padahal biasanya pulang jam 4. Ternyata para guru sedang mengadakan rapat. Akupun pulang ke rumah.

Setelah sampai rumah, aku segera membuka handphone dan mengeceknya. Saat aku buka BBM, terdapat sebuah pesan dari Cika, teman sekelas Jingga.

Cika: “Del, mulai sekarang dan seterusnya, kamu ngga usah dekat-dekat dengan jingga lagi! karena Jingga sudah menjadi teman deketku”

Aku: “Memangnya kenapa? ya sudahlah aku mengalah saja..”

Chattinganku dan Cika berakhir.

Aku duduk sembari merenung di atas kasur dan berkata “Kenapa jadi seperti ini? Hiks.. Hiks..” tangisku..

Akhirnya mulai saat itu, aku sudah tidak dekat lagi dengan Jingga.

11. Jaga Dirimu Sahabatku

Hari jumat putri mengajakku untuk pergi ke rumah temannya, putri masih sekolah di Madrasah Aliyah, aku menjemputnya di sekolahan. Saat itu aku menyuruhnya untuk di depan naik motor dan aku di belakang karena aku gak tau jalan rumah temannya itu.

“Beb kamu aja yang depan ya soalnya aku gak tau rumah temen kamu”

Setelah di jalan putri nyuruh aku bawa hpnya
“beb bawain hp aku dong tolong chat temen aku, tanyain dia ada dimana ini aku udah otw gitu ya”
aku bilang “iya..”

pas aku megang hp tiba tiba hp putri diambil orang dari sebelahku orang itu berdua membawa motor beat putih, aku kira orang itu temanku yang iseng ngambil hp ternyata mereka adalah seorang jambret.

“beb itu hp kamu diambil sama itu orang gimana nih” putri gugup dan dia ngebut banget naik motor
“hah kok bisa aduh gimana beb aku takut kalo dimarahin nenek” secara itu hp juga baru, hpnya mahal dibeliin neneknya.
“Beb gak usah ngebut tu orang gak bakalan bisa dikejar” kataku. Kami pun teriak Jambreeet jambreet dan banyak orang yang mengikuti jambret itu.

Aku melihat ada jembatan beton di depan “beb pelan pelan ada jembatan” tapi putri sudah hilang kendali karena yang dia pikirkan saat itu adalah hpnya bukan keselamatan kami.
Dan tiba tiba dyarrr aku jatuh di bawah jembatan itu, posisiku jatuh di sungai bawah jembatan dadaku terpental tembok, alhamdulillah aku masih bisa sadar, saat itu aku merasa dadaku sulit untuk bernafas kaki dan tanganku berdarah.

Putri terpental di tengah jalan, mulutnya yang sudah banyak darah keluar dikerubungi banyak orang, kakinya sebealah kiri patah, tangannya pun juga. Motorku pun hancur belah menjadi 2 sekaligus, ban depan posisinya teselip ke belakang. (busyet dah itu motor kayak barang rongsok aje kalo diliat).

Kami berdua segera dilarikan ke rumah sakit, setelah di rumah sakit aku melihat putri yang menjerit menangis aku juga menangis melihat keadaannya yang seperti itu. Sebelum kami dilarikan ke rumah sakit aku sempat memberi kabar dengan teman temanku yang lain dan mereka orang pertama yang datang.

Setelah kejadian itu putri sudah tidak bisa melanjutkan sekolahnya, karena keadaannya seperti itu dia dirawat di rumah sakit selama berbulan bulan dan proses kesembuhan kakinya pun membutuhkan waktu cukup lama.

Karena kejadian itu dia cacat fisik, aku sangat merasa bersalah karena kejadian itu dia kehilangan semuanya. Tapi dibalik itu semua kami bisa merasakan mana teman yang baik dengan yang munafik,

Karena setelah kejadian itu teman teman yang pertama kali menjenguk kami di rumah sakit sekarang sangat peduli dengan kami mereka yang selalu memberi semangat, selalu ada disaat keadaan kami seperti ini, dan teman yang lain malah sebaliknya.

Hubungan keluargaku dengan putri pun bertambah baik bukan sebaliknya,
“dek kalo masalah motor kamu gak usah khawatir, pihak keluarga putri pasti mengganti, yang terpenting kesehatan kalian berdua” ujar kakaknya putri..

putri pernah bilang dengan neneknya “nek, masalah hp gak usah minta ganti ya, kasian dhawii juga gak punya bapak ikhlasin aja hpnya aku gak papa”

putri seorang yatim ibunya telah meninggal dan ayahnya pergi meninggalkannya dan menikah dengan wanita lain. Dan aku juga yatim aku sudah tidak punya orangtua laki laki maka dari itu kami saling mengerti satu sama lain.

12. Kebaikan Seorang Sahabat

Di suatu siang yang cerah, dua orang gadis bernama Rara dan Tina tengah mengerjakan tugas sekolah di rumah Rara. Mereka mengerjakan dengan serius dan suasana nampak hening.

Kemudian, seorang perempuan yang tidak lain adalah teman mereka berdua bernama Sinta. Namun, Rara seolah tidak mempedulikan kehadiran Sinta tersebut.

“Ra, itu di depan ada Sinta sedang nyariin kamu. Buruan kamu temui dia. Sudah sejak tadi dia nungguin kami di sana.” Ujar Tina yang tengah mengerjakan tugas di rumah Rara.

“Bi, bilang saja ke Sinta yang ada di depan rumah kalau aku sedang pergi kemana atau gak ada gitu ya.” Pinta Rara kepada Bibi yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya.

“Iya Non. Bibi sampaikan.”

“Ra, kenapa kamu seperti itu sama Sinta. Dia pastinya sudah datang jauh-jauh. Kenapa kamu usir. Gak enak kan. Kasihan dia. Dia juga anak yang baik Ra.” Ujar Tina menasihati Rara.

“Dari luarnya dia memang orang yang baik, ramah dan juga manis. Tapi masa kamu mengukur sifat seseorang hanya dengan itu saja. Dia itu manis di luar namun di dalamnya pahit tahu.” Jawab Rara setengah sinis.

“Pahit gimana Ra?” Ujar Tina kembali bertanya.

“Dia itu sering membicarakan keburukan orang lain. Bahkan di belakang ia sering membicarakan temannya sendiri. Pokoknya banyak yang tidak dapat aku jelaskan Tin. Lihat saja diri kamu. Kamu memang judes, ceplas ceplos denganku. Namun setidaknya kamu memiliki hati yang tulus Tin. Bukan sahabat yang dari luarnya baik namun dalamnya busuk. Dalam berteman, aku tidak membutuhkan tampilan luar seseorang Tin.” Jelas Rara kepada Tina.

13. Tragedi

“Lihatlah, bagaimana menurutmu?” ucapmu antusias. “Aku terlihat cantik, bukan?”

“Ya, kau selalu terlihat cantik.”

“Lantas apa lagi yang kau tunggu? Ayo, bantu aku berdandan sekarang.”

Kau menyodorkan peralatan make-up, juga sisir yang sebelumnya tertata rapi di atas meja rias. Memintaku agar membantumu merias diri di hari yang sudah kau nantikan selama ini.

Sebagai calon pengantin kau terlihat sangat bahagia. Senyuman manis bahkan selalu tersungging di wajahmu. Mungkin kau sudah tidak sabar untuk melewati setiap rangkaian acara yang akan menjadi bukti penyatuan cinta kalian berdua. Saling mengucapkan janji suci untuk setia sehidup semati. Menjalani hari-hari dalam keadaan suka maupun duka.

Andai saja aku bisa merasakan juga kebahagiaan itu, pasti sudah kulakukan apa yang kau inginkan. Tapi pada kenyataannya, justru kesedihanlah yang kurasakan saat ini.

“Ah, sepertinya warna ini terlalu terang. Aku tidak suka.”

Aku terpatung. Menatap wajahmu dari cermin dengan mata berkaca-kaca. Sementara itu kau masih saja meracau tanpa menyadari sesuatu dan hatiku semakin sakit mendengar apa yang kau ucapkan.

“Hey, apa yang kau lakukan?” katamu membuyarkan lamunanku. “Cepatlah, atau aku akan terlambat nanti.”

“Lis….”

“Ah, kau ini benar-benar lamban. Berikan padaku!”

“Hentikan, Lis!”

Kau terhenyak. Menatap wajahku dengan tubuh yang gemetar usai aku membentakmu. Sebenarnya aku tidak bermaksud demikian, tapi aku tidak punya pilihan selain melakukan hal itu.

Trauma yang kau rasakan sudah cukup menyedihkan, dan aku tidak ingin melihatmu semakin terluka.

“Sadarlah,” bisikku sambil memelukmu dengan erat. “Kumohon jangan seperti ini lagi.”

Seketika keheningan menyergap di antara kita. Tak ada lagi yang terdengar selain isak tangis yang mendera. Saat itu mungkin kau sudah mengingat apa yang telah menimpa Roni calon suamimu, di hari pernikahan kalian.

Kita sama-sama tahu bahwa takdir telah merenggutnya darimu, tapi terpuruk dalam waktu yang lama bukanlah sebuah jawaban.

Hidup terus berjalan, dan masa lalu yang kelam seharusnya tidak menjadi penghalang bagimu untuk merasakan kebahagiaan. Apalagi sampai membuatmu berputus asa.

“Cobalah untuk mengikhlaskan kepergiannya,” bisikku. Kau mengangguk sambil terus terisak.

Setelah puas menumpahkan air mata, aku menyuruhmu duduk di tepian ranjang. Di saat kau mulai tenang, aku bergegas merapikan gaun pengantin dan peralatan make up yang berserakan. Sejurus kemudian, kamarmu sudah rapi seperti sedia kala.

“Aku ambilkan minum dulu, ya. Tidak apa-apa kan, kutinggal sebentar?”

Kau mengangguk, menyetujui ucapanku. Tak ingin membuatmu menungggu terlalu lama, aku segera menuju dapur. Mengambil segelas air minum dan semangkuk sup hangat sesuai permintaan ibumu.

Kata beliau, beberapa hari ini kau tidak bersemangat saat makan. Suka mengurung diri di kamar, dan tiba-tiba saja kau bersikap aneh sejak tadi pagi. Karena itulah aku datang menemuimu usai perempuan paruh baya itu meneleponku.

“Bangunlah, Lis. Aku membawakan ini untukmu,” ujarku sambil meletakkan nampan di atas meja.

Tak ada jawaban. Khawatir makanan yang kubawa menjadi dingin, aku membangunkanmu. Menggoyang tubuhmu perlahan sampai akhirnya menyadari sesuatu.

“Aaaa!!!”

Ibumu datang begitu mendengar teriakanku. Menangis tersedu-sedu di samping tubuh anaknya yang sudah terbujur kaku.

Sedangkan aku masih sibuk menyumpal darah yang keluar dari pergelangan tanganmu.

“Bangun, Lis!” jeritku dengan suara parau. “Banguuun!!!”

Aku termangu saat kau tak kunjung membuka mata, juga setelah aku menyadari bahwa kau telah pergi. Menyusul Roni yang telah meninggalkanmu sebelum pernikahan kalian terjadi, seminggu yang lalu. Kenyataan pahit itulah yang akhirnya membuatku kehilanganmu – sahabat tercinta, untuk selamanya

14. Sebuah Impian

Malam ini adalah malam yang indah, langit bertabur bintang. Di bawah bulan yang bersinar terang tepatnya di lapangan desa warga berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit.

Penonton merasa senang dan terhibur, tetapi tidak untuk anak yang sedang duduk di pinggir jalan samping lapangan. Anak itu menunduk, butiran air mata mulai menetes membasahi pipi kanan dan kirinya yang kini terlihat merah menyala.

Nampaknya anak itu terlihat sedih karena dua hari yang lalu dia telah kehilangan sesosok ayah yang sangat dia cintai. Panggil saja anak itu Jono.

Dia lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Jono mempunyai dua adik yang bernana Eva dan Nia. Eva saat ini baru menginjak kelas 2 SD dan Nia baru memasuki TK. Saat itu Jono bingung, bagaimana cara dia untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi Jono masih tetap kuat dan bersemangat.

Jono memang anak yang sabar, di saat Jono akan berdiri untuk menyaksikan Wayang, Jono dipanggil oleh seseorang.Ternyata itu adalah Pak Tono, dia terlihat sangat tergesa-gesa.

“Pak ada apa?” tanya Jono.

“Itu, ibu kamu!” jawab Pak Tono gugup.

“Kenapa , ibu saya kenapa?” tanya Jono lagi.

“Ibu kamu pingsan, Jono!” kata Pak Tono lagi.

“Ibu saya pingsan pak?”

“Iya, ayo cepat pulang!”

Lalu Jono berlari menuju rumahnya. Jono sangat kaget dengan perkataan Pak Tono tadi, dia takut jika terjadi sesuatu dengan ibunya, di sepanjang jalan Jono hanya memikirkan ibunya. Setelah berjalan cukup jauh Jono sampai di rumahnya dan disusul oleh Pak Tono.

“Eva, Nia, ibu kenapa?” tanya Jono

“Tadi ibu pingsan, Mas!” jawab Eva

Jono bergegas pergi ke kamar ibunya untuk melihat keadaan ibunya. Jono membelai rambut ibunya. Di kamar ibu ternyata telah ada ibu Tias. Sambil melihat keadaan ibunya tak terasa air mata tak dapat dibendung lagi .

“Sudah Jono, jangan menangis lagi!” hibur bu Tias.

“Iya, Jono, jangan menangis, ibu sudah sembuh!” kata ibu Jono.

“Iya Bu, Jono tidak akan menangis lagi !”

“Ya sudah, lebih baik kamu istirahat dulu !”suruh ibu.

“Baiklah, Bu!”

Jono bergegas ke kamar, lalu dia merebahkan tubuhnya di ranjang kusam miliknya. Di saat dia akan memejamkan matanya dia teringat pada ibunya lagi. Jono terbangun, lalu duduk di pinggir tempat tidurnya.

Jono sangat ingin memeriksakan keadaan ibunya ke dokter tapi bagaimana caranya? Saat Jono melihat jam ternyata waktu telah menunjukkan pukul 10.00. Jono bergegas tidur mengistirahatkan lelah.

Tak terasa hari telah pagi dan waktu telah menunjukkan pukul 05.00. Jono bergegas mandi lalu segera berangkat ke sekolah. Tetapi sebelum berangkat, Jono berpamitan kepada ibunya. “Bu, Jono berangkat ke sekolah dulu!” kata Jono sambil menyodorkan secangkir teh hangat untuk ibunya

“Iya, kamu hati hati di jalan ya!” balas ibu.

“Baik bu!”

Jono bergegas berangkat ke sekolah bersama kedua sahabatnya Tino dan Paijo. Mereka berangkat selayaknya sahabat yang tak akan pernah terpisahkan. Setelah mereka sampai di sekolah, mereka masuk ke kelas masing masing. Mereka menyelesaikan pelajaran pada hari ini. Pada akhirnya bel pulang sekolah berbunyi dan para siswa pulang menuju rumah masing masing begitu juga dengan Jono, Tino, dan Paijo.

Saat mereka sampai di tengah perjalanan, Pak Tono, tetangga Jono menghampiri mereka bertiga .

“Jono, Pujo, Tino!” teriak Pak Tono

“Iya, ada apa pak ”

“Ayo sini, kalian duduk sebentar saja saya traktir minum es cendol ini,” kata Pak Tono memesankan es cendol untuk mereka.

“Begini. bapak mau mengajari kalian belajar jadi dalang. Biar budaya wayang ini tidak punah. Kalian tahu kan, kalau kalian menjadi sangat piawai, bahkan beberapa dalang bisa keliling dunia dan makmur hidupnya. Bagaimana? Kalian bertiga kan anak cerdas dan sering membanggakan, jadi kalau kalian bersedia, anak-anak lain juga akan tertarik untuk ikut belajar?”

Tino menunjukkan binar matanya. “Wah, senengnya bisa ikut mendalang, pakai blankon dan baju jawa dan menceritakan berbagai kisah pewayangan dengan nama-nama unik dan kisah-kisah menarik!” Ia berdiri dan kedua tangannya menepuk satu sama lain.

“Oh, kau tertarik untuk belajar Tino? Bagaimana dengan yang lain?”

“Mau..mau!” Jono meyakinkan.

“Kalau begitu. kita mulai Jumay sore bagaimana? Di rumah bapak!”

“Iya, Pak! Baik Pak Tono!” Pujo kali ini menyahut.

Sehabis mereka meminum es cendol traktiran Pak Tono, mereka berpamitan untuk pulang dengan perasaan yang sangat senang. Mereka tak sabar jumat depan belajar menjadi dalang. Mereka boleh menyentuh seperangkat wayang milik Pak Tono dan juga mungkin memainkan beberapa alat musik Jawa di rumah joglo besar tersebut.

Pak Tono selalu baik sama siapa saja, tetapi rasanya menyentuh semua benda benda di rumah joglo Pak Tono merupakan kesempatan emas. Tak sembarang orang diperbolehkan melakukannya.

Pada saat kebahagiaan melanda dua temannya, terlihat Jono masih menyimpan kemurungan.

“Kamu kenapa Jono, kamu masih sedih ?” tanya Pak Tono

“Saya memikirkan keadaan ibu saya!” jawab Jono

“Jono, kamu harus sabar!”

“Iya Pak, saya akan berusaha!”

Setelah sampai di rumah, Jono demikian tak sabar untuk ketemu ibunya.“Bu, maaf Jono pulang terlambat!”

“Iya. ayo masuk. Segeralah makan. Tapi maaf, ibu hanya memasak apa adanya!”

“Iya, Bu!”

Setelah makan, Jono membantu adiknya menyapu halaman. Jono melakukan tugasnya itu dengan senang hati, dan tetap bersabar, lalu Jono meminta untuk adiknya agar istirahat saja, karena Jono tidak mau adiknya kecapekan. Tetapi adik Jono menolaknya karena adik Jono; Eva dan Nia juga adik yang baik.

Sore itu, saat Jono tengah asyik menyapu, Jono tak menyangka akan kedatangan Tino. “Ada apa Tino? Tumben sore sore begini kamu ke rumahku?”

“Begini, tadi saat aku sampai di rumah Joglo, Pak Tono memberi kabar bahwa akan diadakannya lomba menjadi Dalang!“

“Wah, itu kesempatan yang bagus. Kapan dilaksanakannya?”

“Tiga bulan lagi!”

“Oh, jadi begitu? Terus, berarti kita akan latihan lebih sering?”

“Iya, betul. Dua kali seminggu. Nanti malam ini kita latihan juga!”

“Baiklah, aku siap.”

Joko bisa merasakan semangat Tino demikian besar dari gerak tubuhnya saat ia meninggalkan kebun rumahnya. Penglihatannya mengikut kepergiannya di atas sadel sepeda.

Demikian pula di relung hatinya, ia berharap dan berandai andai, mungkin ini adalah jalan Jono mencapai cita-citanya menjadi seorang dalang yang trampil dan dibutuhkan banyak orang untuk pentas.

Setelah Jono selesai menyapu karena hari juga sudah petang Jono memutuskan untuk masuk ke dalam rumah untuk segera mandi .

Ia menjelaskan pada ibu dan kedua adiknya mengenai lomba mendalang dan kebaikan hati Pak Tono yag akan melatih mereka dua kali seminggunya. Dengan sangat sabar Jono menjelaskan semua kepada adiknya mengenai kemungkinan jalan prestasi untuknya.

Untung saja adik Jono juga adik yang bisa menerima impiannya mendalami seni budaya tradisional yang sudah kian ditinggalkan orang orang muda belakangan ini. Tapi dari penjelasan Pak Tono yang kini ditirukannya dalam penjelasannya pada kedua adiknya, keduanya ikut menaruh harapan atas impian Jono. Bahkan juga dalam diri ibunya.

Di saat Jono akan menuju kamarnya Jono melihat ibunya yang sedang duduk di ruang tengah. Ibu Jono terlihat sangat sedih. Jono menghampiri ibunya.

Ibunya memulai berbicara.“Kau boleh memiliki cita-cita yang bagaimana pun tingginya, tapi sungguh ibu minta maaf tidak bisa memberi dukungan sebaik baiknya.”

“Ibu tidak usah berfikir begitu. Pak Tono tidak meminta jasa apa pun dari kami. Beliau orang kaya yang baik hati. Apalagi beliau hanya memiliki harapan mengenai lestarinya dunia pewayangan saja. Nah, jika salah satu dari kami menang, itu sudah membahagiakan beliau. Saya akan berusaha, Bu.”

Ibunya mengusap-usap pundak Jono memberi semangat. *

Pagi itu, persis pada hari Sumpah Pemuda, Sang Fajar telah bersinar menampakkan kecerahannya. Seperti biasa, keluarga Jono bergegas beraktivitas seperti biasa.Adik adiknya berangkat sekolah. Tetapi ada yang beda bahwa hari ini ibunya mengantarkannya mengikuti lomba mendalang di kabupaten.

“Jono, jangan lupa, nanti sebelum kamu main, kamu baca basmalah dahulu!”

“Baik, Bu!”

Mereka berangkat,wajah ibu masih terlihat pucat. Meski begitu ia berusaha memberikan kekuatan semangat untuk anak mbarepnya yang selalu berperangai menyenangkan.

Hampir tengah hari, nomor undian Jono membawanya melangkahkan kaki menuju panggung tempatnya berpentas. Pujo dan Tino sudah melewati gilirannya agakawal.“Bu Pujo hebat sekali ya!” celetuk Jono usai temannya itu pentas tadi.

“Iya, jika kamu mau berusaha pasti kamu akan lebih baik darinya!”

“Iya, Bu, Jono pasti akan berusaha membanggakan ibu!”

Sekarang saatnya Jono membuktikan kemampuannya. Ia mencoba memainkan sebuah bagian perang Baratayudha antara Pandhawa dan Kurawa. Di hitungan sepertiga pentas Jono memainkan pertunjukan, ibu Jono pingsan.

Bergegas Jono meninggalkan pertunjukan itu. Ia tak lagi peduli dengan sebuah iming-iming kemenangan. Beberapa orang mengantarkan keduanya ke rumah sakit dengan mobil panitia.

Untunglah, hasil pemeriksaan dokter menyebutkan bahwa Ibu Jono boleh rawat jalan sembari menunggu rujukan yang dapat digunakannya ke rumah sakit di kota. Bahkan ibunya membujuknya untuk kembali ke tempat lomba tersebut demi mengetahui dan menyemangati teman-temannya.

Tiba di sana, sudah sangat sore. Jono demikian perhatian terhadap suara dewan juri yang mengumumkan peraih juaranya. “Yang menjadi juara pertama adalah …!”

Seperti biasa, Sang Juri memberi jeda untuk memberikan efek rasa penasaran dan kejutan.“Ia bernama Pujo Satriyo!” Seketika Pujo melonjak dan Jono memeluknya erat dari belakang hingga keduanya hampir jatuh bersamaan.“Pujo, selamat ya!”

“Iya, Jono aku berhasil! Ini semua berkat Pak Tono.”

“Kau memang layak mendapatkannya, Pujo!” Tino menepuk nepuk pipi Pujo.

“Kemenangan ini aku persembahkan buat pak Tono dan buat kalian!” muka Pulo bersemu merah, hendak menangis karena kebahagiaan itu.

Entah dari mana, Pak Tono tiba tiba sudah berada dekat dengan ketiganya. Roman muka Pak Tono demikian bahagia. Ketulusan dari kerja kerasnya menghasilkan buah kemenangan.

“Pak Tono, uang itu nanti saya akan berikan separuh buat ibu Jono untuk membeli beras,” Pujo langsung saja menyatakan keinginannya.

Memang di antara ketiga sahabat tersebut, Jono lah yang hidupnya sering berkekurangan.

“Kamu memang berhati mulia, Pujo. Kalian semua memang anak-anak yang bersedia untuk belajar. Bapak membanggakan kalian.“

Jono terkejut mendengar perkataan Pujo.“Terima kasih Pujo!” Sekali lagi ia memberi pelukan pada temannya tersebut.

“Iya, sama sama!” Pada ajang perlombaan itu, ternyata bukan saja kemenangan yang berarti, tetapi sebuah nilai persahabatan dan kepedulian sesama teman.

15. Sahabat Terbaik

“Persahabatan bukan hanya hanyalah kata, yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci, yang ditoreh diatas dua hati, ditulis bersama dengan tinta kasih sayang, dan suatu sementara akan dihapus bersama dengan tetesan darah dan barangkali nyawa”..

“Key… sini dech cepetan, saya ada sesuatu buat kamu”, panggil Nayra suatu sore.
“Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau saya gak sanggup melihat”, jawab seorang gadis yang dipanggil Key dari balik pintu.

Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, walaupun lahir bersama dengan keterbatasan fisik, dia tidak pernah mengeluh, semangatnya menekuni bahtera motto hidup tak pernah padam.

Lahir bersama dengan kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati, secara fisik matanya tidak sanggup melihat warna-warni dunia, tapi mata hatinya sanggup melihat jauh ke dalam kehidupan seseorang.

Mempunyai hoby melukis sejak kecil, bersama dengan keterbatasannya, Key selalu mengasah bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.

Duduk di bangku kelas XII di sebuah Sekolah Luar Biasa di kotanya, Keynaya tidak pernah absen capai peringkat dikelas, apalagi guru-gurunya termotivasi bersama dengan pembawaan pantang menyerah Key.

Sejak baru berusia 3 tahun, Keynaya sudah bersahabat bersama dengan anak tetangganya yang bernama Nayra Amrita, Nayra anak seorang direktur bank swasta di kota mereka. Nayra cantik, pinter dan secara fisik Nayra nampak sempurna.

Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di tempat tinggal Key. Dia berbincang-bincang bersama dengan Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
“Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu ngadain pameran tunggal ya, biar seluruh orang tau bakat kamu”, kata Nayra terhubung pembicaraan.

“Hah”, Key mendesah pelan selanjutnya terasa bicara, “Seandainya saya sanggup Nay, pasti sudah saya lakukan, tapi apa daya, saya ini gak sempurna, jika saya mendapat donor kornea, dan saya sanggup melihat, barangkali saya puas dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini” ucap Keynaya bersama dengan kepedihan.

“Suatu hari nanti Tuhan akan memberi tambahan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada yang mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu,” timpal Nayra akhirnya.
Berbeda secara fisik, tidak pernah jadi kendala di dalam hubungan persahabatan antara Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia selalu mengajak Key, jikalau sekolah tentunya, sebab sekolah mereka berdua kan berbeda.

Sedang asik-asiknya dua kawan akrab ini bersenda gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh,
“aduuh, kepala ku”
“Kamu kenapa Nay, sakit??” bertanya Keynaya.
“Oh, ngga saya gak apa-apa Key, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Nayra sambil tersenyum.
“Minum obat ya Nay, saya gak senang kamu kenapa-napa, nada berkata Key terdengar begitu khawatir.
“aku ijin pulang pernah ya Key, senang minum obat” ujar Nayra sambil berpamitan pulang.

Di kamarnya yang terkesan terlalu elegan, nuansa coklat mendominasi di tiap-tiap sudut ruangan, Nayra terduduk lemas di atas ranjangnya,

“Ya Tuhan, berapa lama kembali usiaku di dunia ini?? Berapa lama kembali malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Nayra.
Di vonis menderita leukimia sejak 7 bulan selanjutnya dan tidak akan berumur lama kembali sungguh

Itulah kumpulan contoh cerpen persahabatan bahasa Indonesia untuk SD, SMP dan SMA. Semoga sejumlah cerita diatas dapat memberikan pesan serta amanat yang menginspirasi ita semua. Apabila ada kritik, saran atau pertanyaan silahkan berkomentar di bawah.


Posted

in

by

Tags: